Mengenal Allah Mendorong Kita Untuk Memuji Nya
Allah subhanahu wa ta’ala merupakan dzat yang berhak untuk terus menerus kita puji, dengan pujian yang sempurna. Namun bagaimanakah caranya mendorong dan menyadarkan kita untuk bisa senantiasa berlaku demikian? Jawabannya: adalah dengan mengenal Allah ta’ala dengan sebenar-benarnya.
Cara mengenal Allah ta’ala, antara lain, adalah dengan memahami asmâ’ul husnâ (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya yang mulia.
Kita telah mengetahui bahwa salah satu nama adalah adalah ar-Rahmân. Artinya: Dzat Yang kasih sayang-Nya meliputi seluruh hamba-Nya tanpa terkecuali, di dunia maupun akhirat.
Allah melimpahkan kasih sayang-Nya di dunia untuk seluruh makhluk-Nya; kafir maupun mukmin tanpa terkecuali. Di antara bentuk kasih sayang tersebut: Dia memberikan kenikmatan terbesar yang menghidupkan hati dan tubuh mereka, yaitu dengan mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci yang akan mengantarkan mereka kepada hidayah kebenaran. Bukan hanya itu, bahkan Allah mencurahkan nikmat-nikmat lainnya, berupa turunnya hujan, tumbuhnya tetumbuhan dan pepohonan, kesehatan tubuh dan akal, serta nikmat-nikmat Allah lainnya yang dirasakan baik oleh kaum mukminin maupun orang-orang kafir.
Adapun limpahan kasih sayang Allah di akhirat untuk seluruh makhluk-Nya: keadilan Allah dalam menghisab dan memberikan balasan bagi seluruh hamba-Nya tanpa terkecuali. Tidak akan ada yang dizalimi oleh-Nya sedikitpun, walaupun ia adalah orang kafir. Masing-masing mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya, tidak ditambah maupun dikurangi! Segala puji bagi Allah semata…
Allah juga memiliki nama Ar-Rahîm. Maknanya: Dzat Yang kasih sayang-Nya terkhusus bagi kaum mukminin di dunia maupun akhirat.
Di antara bentuk kasih sayang Allah bagi kaum mukminin di dunia: Dia melimpahkan taufiq kepada mereka untuk menaati-Nya, beriman kepada para Rasul, menjalankan perintah agama serta menjauhi larangannya. Sedangkan kasih sayang Allah bagi kaum mukminin di akhirat: Dia mengaruniakan pada mereka kemudahan di hari perhitungan dan balasan kenikmatan yang luar biasa di surga-Nya yang abadi.[1] Segala puji bagi Allah semata…
Kita juga mengetahui bahwa salah satu nama-Nya adalah as-Samî’ (Yang Maha Mendengar). Di mana Dia bisa mendengar suara selirih apapun, apalagi yang keras. Mampu mendengar doa para hamba-Nya dengan bahasa mereka yang berbeda-beda dan permintaan mereka yang beragam. Itu semua bisa didengarkan-Nya sekaligus, tanpa merasa kebingungan apalagi jenuh dan keberatan. Segala puji bagi Allah semata…
Saat kita mengetahui bahwa salah satu nama Allah adalah al-Bashîr (Yang Maha Melihat), niscaya kita akan menyadari betapa agung-Nya Dia. Di mana Allah bisa melihat segala sesuatu sekecil apapun dan sejauh manapun. Dia bisa melihat ‘sumsum’ tulang semut hitam kecil, di atas batu hitam, di kegelapan malam. Padahal Allah di atas ‘Arsy yang berada puncak langit ketujuh! Segala puji bagi Allah semata…
Begitulah bila kita mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, niscaya kita akan terdorong untuk selalu memuji-Nya…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 5 Rajab 1435 / 5 Mei 2014
Diramu oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari berbagai sumber, di antaranya kitab Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (I/238-239).
[1] Dari keterangan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa baik sifat ar-Rahman maupun ar-Rahim keduanya sama-sama berasal dari kata kasih sayang (ar-Rahmah), hanya saja secara lebih spesifik terdapat perbedaan antara keduanya. Para ulama bersilang pendapat dalam menentukan perbedaan tersebut. Keterangan yang telah disampaikan di atas merupakan salah satu dari pendapat ulama tersebut, yaitu al-‘Arzami (w. 145 H), yang kebetulan dinilai paling kuat oleh imam para ahli tafsir; ath-Thabari. Baca: Tafsîr al-Qurthubi (I/162-164), al-Asnâ fî Syarh Asmâ’ Allah al-Husnâ (I/73-79) dan Tafsîr ath-Thabari (I/126, 129).